Gachavanessatiorensia, Indonesia - Ada tetanga baru di sebelah rumahku. Kami beberapa tetangga sekitar tentu saja kepo. Sebagai tetangga yang ramah maka aku dan beberapa tetangga sekitar memutuskan untuk mengunjungi tetangga baru itu sore ini.
Kak Ros, ku memanggilnya. Ia 5 tahun lebih tua dariku, tetapi terlihat lebih muda dariku. Memiliki 3 anak perempuan cantik yang masih sekolah. Suaminya kerja diluar kota, pulang hanya sekali seminggu.
Hal yang paling menarik dari kak Ros, ia memiliki 12 ekor kucing. 1 ekor kucing tanpa bulu, 2 ekor kucing anggora, dan sisanya kucing kampung.
Yang membuatku salut, sebagian besar kucing-kucing kampung itu hasil pungutan yang ia jumpai di jalan bahkan di pasar. Ada juga beberapa kucing yang ditemukan dalam kardus di depan pintu rumahnya.
"Rumah kakak ni Panti Sosial Neng" katanya suatu hari padaku tersenyum, sambil menggendong Nona sikucing kampung belang 3 yang terus menggeliat-geliat mencoba melepaskan diri dari Kak Ros. Lucu dan sangat lasak.
Aku tentu saja senang punya tetangga sesama pecinta hewan berbulu nan imut itu. Aku sendiri hanya sanggup memelihara 3 ekor kucing kampung. Kucing-kucing ku itu datang dan pergi sesuka hati mereka. Ada makanan datang, namun jika seharian di rumah tidak juga kenyang dengan tulang ikan yang seadanya, mereka pergi mencari tambahan ke rumah tetangga.
Suatu sore sambil menyapu teras aku ngobrol dengan Kak Ros dari balik pagar, tiba-tiba seekor kucing kampung dengan warna hitam seluruh tubuhnya persis seperti kucing di film-film penyihir lewat menuju ke jalanan.
Baca juga ya :
"Hei Putri, mau kemana tu? Awas pergi jauh-jauh ya" ucap Kak Ros pada sikucing hitam.
Seketika kucing itu berhenti mendengar namanya dipanggil, memandang Kak Ros dan kemudian berlalu. Cuek.
"Bandel kamu ya Putri. Nanti pas jam makan kamu susah loh dicariin" Kak Ros terus berbicara tanpa dihiraukan Putri.
"Bagitulah Neng, kucing-kucing ni kan gak kakak kasi kandang, mereka bebas aja. Susahnya pas dikasi makan mereka entah kemana-mana" Kak Ros menjelaskan tanpa kutanya.
"Gak takut hilang Kak?" Tanyaku.
"Enggak lah, mereka selalu pulang kok. Memang kadang ada yang sehari gak pulang, tapi besoknya datang dan kelaparan" Kak Ros tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
"Kak, kalau kucing-kucing Neng main-main ke rumah kakak jangan diusir ya" kataku.
"Oh... aman tu" Kak Ros menjawab sambil membungkuk menangkap seekor kucing kedalam gendongannya. Kak Ros memperkenalkan Ratna sikucing Anggora padaku.
"Dikasi makan sekalian ya kak" kataku melanjutkan sambil memberikan senyum termanis.
"Eh, iya iya boleh" jawaban Kak Ros membuatku bahagia. Terlihat Ratna memandang sinis padaku.
Aku nyengir sambil membelai kepala kucing imut itu. Warnanya oren putih seperti tokoh film kartun Garfield.
"Ma, tetangga baru itu anak gadisnya suka pulang malam ya?" Suatu hari suamiku bertanya.
Karena kesibukan kerjanya ia belum ada kesempatan berkenalan dengan tetangga baru, aku pun tidak memaksa. Apalagi suami Kak Ros tidak di rumah.
Suamiku hanya mendapat cerita serba serbi tentang tetangga baru itu dariku.
"Masa sih Pa?" Tanyaku.
Merasa kasihan dengan Kak Ros, membesarkan 3 orang anak gadis seorang diri. Apalagi dengan pergaulan anak-anak zaman sekarang yang mengkawatirkan.
"Iya loh Ma. Papa kan sering pulang malam akhir-akhir ini. Setiap papa baru saja mengunci pintu rumah, papa dengar tetangga sebelah itu teriak-teriak memanggil anaknya." Wajah suamiku mengiba, mungkin ia turut prihatin.
"Berganti-ganti nama tu Ma yang dipanggilnya. Anak gadisnya 3 kan?" Tanya suamiku lagi.
"Iya Pa. Ya Allah...." aku berzikir, tidak menyangka tetangga baru ternyata memiliki anak-anak dengan pergaulan bebas.
Tentu saja aku menjadi tidak nyaman.
"Sepertinya anak-anaknya tu pulang pagi loh Ma" celetuk suamiku lagi.
"Ha.... kok Papa tau?" Ada rasa curiga dihatiku.
Apakah suamiku telah mengintai kehidupan tetangga baru beberapa hari ini? Apalagi suami Kak Ros jauh dan ada 3 anak gadis cantik-cantik di rumahnya.
Aku semakin merasa tidak nyaman.
Baca juga ya :
Download Gratis Gacha Life 2 atau Gacha Club di PC – Windows 10/8/7
"Iya loh Ma, soalnya pagi-pagi pas Papa buang sampah ke luar dengar tetangga sebelah itu teriak-teriak lagi memanggil nama anaknya berganti-gantian. Mama sih di dapur, jadi gak dengar" jelas suamiku.
"Masalahnya kan malam-malam dan pagi-pagi itu suasana masih sepi Ma, jadi orang teriak-teriak pasti kedengaran." Aku manggut-manggut mendengar argumen suamiku.
"Mana dia teriaknya kuat-kuat lagi Ma. Gak mungkin kalau anaknya di dalam rumah ibuknya teriak-teriak memanggil dari luar rumah. Gak mungkin kan Ma teriak-teriak nyuruh anaknya keluar rumah jam segitu" luar biasa argumen yang disampaikan suamiku.
Tiba-tiba jiwa detektifku muncul. Mau mencoba mengusut kasus tetetangga baru ku ini. Ada rencana untuk mengintip dari jendela besok malam.
"Ya udah Pa, besok pagi Mama keluar ah mau tau." Aku menyampaikan ideku mencoba mengatur penyelidikan.
"Oke Ma, besok pagi coba lah Mama dengarin sendiri biar lebih yakin" suamiku mendukung.
"Dia tu teriak teriak memanggil Ratna...!, Nona...!, dan Putri...! Gitu loh Ma" tambah suamiku.
"Apa....! Itukan kucing-kucingnya Pa, bukan anak-anaknya....!" aku nyaris berteriak dan menghela nafas panjang.
Mau marah tidak tega juga melihat wajah kebingungan suamiku. Aku lupa menceritakan nama-nama ke 12 kucing Kak Ros itu pada suami, karena aku sendiri tidak ingat. Hanya nama 3 kucing bandel itu yang ku ingat.
Yuk mari saling mengenal lebih dekat dengan berteman dengan Vanessa ^_^
My Youtube Channel
https://www.youtube.com/c/VanessaTiorensia